Cerita ini berawal dari kesepakatan bersama antara saya, Jeki, Muyas, Bang Andi, Bang Raji dan Cek Dun. Rencananya kami memulai petualangan menuju Puncak Luken pada sore Sabtu dan berharap dapat menikmati keindahan Kota Blangpidie dari ketinggian pada malam harinya.
Pada siang menjelang sore hari Sabtu (15 Oktober 2022) Bang Andi mengabari kami terkait rencana sebelumnya, kurang lebih beginilah isi pesannya "Kalau jadi kalian naik nanti, kalian telpon saja abang ya".
Namun dikarenakan oleh kesibukan kerja masing-masing kami lupa mengabari Bang Andi untuk menyampaikan kepastian pergi pada sore Sabtu tersebut. Hingga akhirnya kami sadar dan mengabari Bang Andi setelah Maghrib.
Sangat disayangkan karena telatnya kami menghubungi beliau, ternyata beliau sedang ada acara dengan keluarga dan kami merasa lemas lesu setelah kepastian itu dan terbesit rasa putus asa setelah rencana berpetualang ke Puncak Luken tersebut gagal dijalankan.
Karena telah mendapat kabar dari beliau yang sedang ada acara keluarga, aku melanjutkan pekerjaan ku di bengkel, namun disaat sedang bekerja Bang Andi pun tiba ke bengkel dengan menggunakan sepeda motor serta menyampaikan kepastian bahwa kita tidak jadi pergi malam ini.
Bang Andi juga berkata kepada kami bahwa beliau telah menelpon Cek Dun yang bertugas menjaga Puncak Luken, namun Cek Dun sudah pulang ke kampung dan sudah mau tidur dirumahnya.
Namun tidak lama kemudian Cek Dun pun menghubungi Bang Andi balik dan menyarankan untuk naik ke Puncak Luken malam itu juga, lantas Bang Andi pun berkata "OK kita naik ke puncak malam ini". Setelah ucapan itu keluar semangat kami kembali membara, bak pelita padam yang nyala kembali diterkam api.
Tanpa persiapan yang matang dimana rencana awal adalah masak bebek dan jagung bakar spontan karena keadaan berganti menjadi masak ayam bakar. Setelah mempersiapkan semua bahan. Bang Andi pulang dan mengambil mobil offroad nya dan menjemput kami sekitar pukul 11.00 WIB. Perjalanan kami lalui menyusuri hutan selama kurang lebih 20 menit.
Sesampainya disana kami harus masuk dan kembali menyusuri hutan untuk mencari kayu bakar yang nantinya akan kami gunakan untuk bakar ayam. Setelah persediaan kayu mencukupi kami pun mulai membagi bagi tugas, dua orang membakar ayam, satu orang mempersiapkan sambal tomat, dan dua orang mencuci piring.
Usai bakar ayam selesai kami menikmati hidangan yang kami masak bersama dan makan bersama tepat pukul 01.20 WIB. Setelah makan tidak lengkap rasanya kalau tidak menikmati seteguk atau bahkan secangkir kopi.
Nikmatnya kopi kami rasakan sambil menyaksikan pemandangan gemerlap lampu-lampu Kota Blangpidie yang seakan memberikan tanda bahwa disanalah kehidupan yang ramai, namun untuk hal yang damai tidaklah selalu harus ramai.
Setelah 25 menit menyaksikan pemandangan lampu-lampu Kota Blangpidie yang indah kami pun dipaksa masuk ke gubuk oleh gerimis yang perlahan mulai menapakkan jejaknya. Di gubuk selanjutnya kami memutuskan untuk tidur.
Ketika terbangun pada subuh hari Minggu kami takjub dengan sambutan ramah yang diberikan fajar, napak tilasnya begitu indah dipandang oleh setiap pasang mata, seolah smartphone yang kami gunakan juga ikut berbicara dan tidak bosannya mengambil sekian banyak foto dan video.
Perlahan satu demi satu lampu yang ada di Kota Blangpidie mulai mati didepak sinar mentari. Tepat pukul 09.00 WIB kami memulai sarapan pagi dengan supermi sebagai menu sarapan. Bergegas dari sana tepat pada pukul 11.00 WIB kami pulang dan kembali ke kehidupan yang ramai di Kota Blangpidie. Itu lah cerita perjalanan pertama kami ke puncak gunung luken, ternyata tercapai juga walau tidak sesuai rencana.
0 komentar
Post a Comment